Mandi Balimau, Tradisi Pensucian Diri Di Minangkabau

ilustrasi

Tradisi Mandi Balimau

    Secara umum, Arti Mandi Balimau adalah kegiatan mandi bersama di sungai tempat pemandian yang beraliran deras, menggunakan jeruk nipis untuk membersihkan seluruh anggota badan bagian luar, dalam rangka mensucikan diri sebelum memasuki bulan Ramadhan.

    Tradisi Di Sumatera Barat yang satu ini sangat terkenal dan tumbuh serta berkembang di daerah-daerah tertentu. Menurut cerita yang beredar di masyarakat, tradisi ini sudah berusia tua dan telah ada sejak ratusan tahun yang lalu. Hingga sekarang, tradisi ini masih selalu dilakukan oleh masyarakat Minang, sembari menjaga eksistensinya.

    Berkaca dari asal-usul dan Sejarah Mandi Balimau ini, masyarakat Minang di zaman dahulu melakukan tradisi ini memang semata-mata untuk membersihkan diri, sebelum memasuki bulan Puasa. Namun kini, seiring perkembangan zaman, momen ini dijadikan untuk pergi main-main ke tempat wisata.

    Alasan mengapa orang Minang di zaman dahulu menggunakan Jeruk karena, ketika itu belum ada sabun mandi. Maka mereka memilih jeruk karena juga berkhasiat mengangkat kotoran, minyak dan keringat di badan. Tradisi Mandi Taubat ini juga terdapat di Provinsi Lampung dan Riau.

Tata Cara Mandi Balimau

    Mandi Suci ini yang dilakukan oleh masyarakat Minangkabau memiliki tata cara tersendiri sebelum melaksanakannya. Diantaranya adalah sebagai berikut :

  • Membaca bacaan niat Mandi Balimau dan meluruskan hati, bahwa hal ini dilakukan semata-mata memang untuk membersihkan diri dan mensucikan jiwa
  • Mengguyurkan air yang sebelumnya sudah dicampur dengan jeruk nipis, rempah-rempah dan ramuan bunga ke sekujur badan
  • Menggosok seluruh bagian badan hingga dirasa sudah bersih
  • Yakin pada diri sendiri bahwa kita melaksanakan tradisi ini bukan menantang hukum agama, melainkan untuk bersih-bersih saja.

Di awal-awal kemunculannya dahulu, masyarakatnya akan melaksanakan kegiatan ini dengan terlebih dahulu menentukan lokasi pemandian. Kemudian 2-3 hari sebelum memasuki bulan suci Ramadhan, mereka akan berbondong-bondong untuk mandi, dengan menerapkan batasan-batasan tertentu, misalnya tidak mencampurkan yang bukan muhrim.

    Di sisi lain, Manfaat Mandi Balimau ini juga dijadikan ajang dalam bersyukur kepada Allah SWT, karena masih diberi kesehatan dan kesempatan untuk bisa menjalani ibadah puasa lagi. Selain itu, juga untuk mempererat silaturahmi antar sesama muslim di Minangkabau.

Hukum Mandi Balimau

ilustrasi

    Tradisi Mandi Balimau ini juga menghadirkan banyak tanggapan dan opini dari berbagai pihak, salah satunya dari MUI (Majelis Ulama Indonesia) Sumbar yang melarang perayaan tradisi ini di Minangkabau.

    Mereka berpendapat bahwa tradisi ini lebih banyak mudharat dari para manfaat dari segi ibadah. Zaman sekarang, orang-orang melaksanakan tradisi Mandi Balimau ini secara berbondong-bondong dan bercampur aduk dalam satu tempat pemandian, bahkan beda jenis kelamin dan belum muhrim.

    Ini yang jadi masalah. Para muda-mudi yang tidak tahu bagaimana sejarah tradisi ini, akhirnya merusak eksistensi budaya yang sudah sangat tua. Mereka bahkan kadang mencari lokasi pemandian yang jauh dari pemukiman, kemudian bercampur aduk dalam satu tempat.

    Di sisi lain, Mandi Balimau juga dimanfaatkan sebagian orang untuk pergi ke sungai untuk mandi, namun tujuannya bukan sebagai ajang pembersihan diri, melainkan pergi bertamasya, membawa pacar / kekasih dan lainnya, sehingga akhirnya begitu melenceng dari ajaran Islam.

    Menanggapi keputusan MUI Sumbar di atas, Ustadz Abdul Somad memberikan penjelasan. Beliau berpendapat bahwa Mandi Taubat / Balimau ini tidak dilarang, yang dilarang adalah bercampurnya laki-laki dan perempuan yang bukan muhrim di tepi sungai. Belum lagi yang bersentuhan langsung.

“Mandi taubat atau Balimau itu tidak dilarang. Tapi yang dilarang itu mandi bercampur laki-laki perempuan bukan muhrim di tepi sungai. Nanti ada pula anak-anak muda berlawanan jenis yang bukan muhrim naik ban berduaan. Nah itu yang tak boleh..” kata Ustadz Abdul Somad saat memberikan ceramah di Halaman Kantor Gubernur Riau, di Pekanbaru, Rabu (16/5).

    Selain di tepi sungai, sebenarnya kita juga bisa melaksanakan tradisi ini di rumah saja, jika memang merasa khawatir kalau bahwasanya tradisi ini jadi mengundang dosa untuk diri kita sendiri.

Penutup

Demikianlah, ulasan singkat kali ini mengenai Tradisi Mandi Balimau di Sumatera Barat, beserta sejarah, tata cara dan hukumnya. Semoga informasi di atas bisa bermanfaat dan menambah wawasan kita semua. Terima kasih.

Posting Komentar

0Komentar

-Bijaklah dalam berkomentar.
-Silakan Komen untuk melengkapi info penting dalam artikel GGB.

Posting Komentar (0)