![]() |
| ilustrasi |
Sejarah
Asal-usul atau Sejarah Tradisi Turun Mandi di Minangkabau ini sendiri memang tidak terdapat informasi yang akurat, baik mengenai siapa pencipta pertamanya ataupun kapan awalnya dimulai. Namun yang pasti, tradisi Budaya ini telah ada sejak zaman nenek moyang dahulu.
Secara sederhana, Pengertian Turun Mandi adalah upacara bermakna syukuran atas kelahiran seorang bayi di suatu keluarga. Selain itu, dijadikan pula ajang dalam memperkenalkan bayi yang baru lahir kepada masyarakat setempat.
Syarat Upacara Turun Mandi
Dalam melaksanakan tradisi ini, juga harus memenuhi beberapa syarat, dan biasanya berbeda di tiap-tiap daerah. Namun secara umum adalah sebagai berikut :
- Jika bayi tersebut laki-laki, maka acaranya diadakan di hari ganjil dari hari kelahiran sang bayi. Jika perempuan, maka pelaksanaannya adalah hari genap
- Prosesinya dilakukan di sungai, Tradisi turun mandi bayi digendong oleh orang yang membantu persalinan, misalnya bidan desa atau perawat
- Menyediakan Batiah Bareh Badulang, atau Beras yang digoreng. Lalu, dibagikan ke anak-anak kecil sebagai tanda perkenalan dengan mereka, agar nanti kelak menjadi teman-temannya
- Ada pula Sigi Kain Buruak, atau obor yang dibuat dari kumpulan kain yang sudah robek. Obor ini dibakar dari rumah dan dibawa menuju sungai. Makna dari obor ini adalah bahwa ketika si bayi sudah besar, maka tidak ada hambatan dalam menuntut ilmu
- Kemudian Tampang Karambia Tumbua, atau bibit pohon kelapa yang sudah tumbuh dan siap untuk ditanam. Nantinya ketika ibu dan anak sudah berada di air tempat pemandian, kelapa tersebut kemudian dijatuhkan dari hulu, kemudian si ibu menangkapnya saat kelapa mendekati si anak. Kelapa tersebut dibawa ke rumah dan di tanam, menjadi simbol bekal si anak ketika dewasa
- Harus ada pula Tangguak, yakni jaring berbentuk lingkaran yang digunakan untuk menangkap ikan. Tangguak ini berfungsi untuk mengambil batu sebanyak 7 buah dari dalam sungai, kemudian dibawa pulang dan ditanam bersama dengan bibit kelapa tadi dalam satu lobang galian
- Kemudian ada pula Palo Nasi, atau nadi yang diletakkan di atas, dicampur dengan arang dan darah ayam. Palo nasi ini berguna untuk mengusir makhluk halus yang ingin ikut merayakan upacara. Palo Nasi disiapkan sebanyak 3 bejana. 2 diletakkan di jalan menuju sungai, 1 dibawa ke sungai langsung.
Itulah beberapa Syarat melaksanakan Tradisi Turun Mandi di Sumatera Barat secara umum. Tetapi di daerah tertentu, mungkin terdapat sedikit perbedaan. Segala persiapan yang menjadi syarat wajib harus disediakan sebelum acara dimulai.
Tata Cara Turun Mandi
Ada beberapa tahap yang akan dilakukan, diantaranya adalah sebagai berikut :
- Pertama, Palo Nasi dicampur dengan arang dan darah ayam, kemudian dua bejana diletakkan di tempat yang sudah ditentukan, dan satunya lagi dibawa hingga ke tempat pemandian
- Kedua, Upacara turun mandi dapat dilakukan setelah anak berumur 40 hari, ini dilakukan di beberapa daerah, tetapi tidak semuanya seperti itu. Ada pula yang dilakukan sebelum anak berusia 3 bulan
- Setelah pemandian selesai, bibit kelapa yang sudah disiapkan kemudian dihanyutkan dari hulu, lalu ditangkap oleh sang ibu ketika kepala mendekati bayi
- Setelah itu, dilakukan pengambilan batu menggunakan Tangguak tadi
- Bibit kepala di tanam di sekitaran rumah, dan batu yang berjumlah 7 buah ini menjadi penyumbat tanah galian untuk bibit kelapa tersebut
- Setelah semua acara selesai, maka pihak keluarga dan para tamu serta masyarakat akan menikmati hidangan Makan Bajamba yang telah disediakan pihak keluarga.
Pada awal kemunculannya, upacara Turun Mandi hanya dilakukan di sungai dan pincuran air, atau disebut dengan “Luhak”. Namun karena sekarang sudah sulit mencari pincuran, upacara tradisi ini bisa dilakukan di rumah saja, yang penting niat kita sudah sampai.
Makna Turun Mandi
Di setiap upacara adat yang diciptakan oleh nenek moyang terdahulu, sudah pasti diselipkan tujuan dan manfaatnya masing-masing. Semua itu dilakukan supaya setiap kegiatan memiliki makna dan fungsinya yang bisa kita petik. Berikut beberapa Makna Turun Mandi Minangkabau :
Bersyukur
Sebagai manusia, kita diharuskan untuk senantiasa bersyukur atas segala nikmat dan karunia yang diberikan oleh Allah SWT, termasuk ketika dikaruniai seorang anak. Nah, tradisi ini menjadi kegiatan yang pas ajang dalam mengekspresikan rasa syukur.
Menjaga Kekayaan Budaya
Makna atau Fungsi Turun Mandi yang kedua adalah sebagai upaya dalam merawat dan melestarikan kebudayaan yang ada, ditengah hiruk-pikuk modernisasi. Bahkan, syarat wajib upacara memandikan bayi di sungai bisa diganti di rumah, asalkan tradisi tidak terhenti tetap berjalan.
Silaturahmi
Salah satu tujuan pokok dari tradisi ini adalah untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa salah satu bayi telah lahir ditengah-tengah mereka. Selain itu, juga mempererat tali silaturahmi sesama anggota masyarakat karena juga diadakan makan dan bercengkrama bersama.
Penutup
Seiring berjalannya waktu dan berkembangnya Pemahaman Agama, Tradisi ini sudah banyak dilupakan atau digantikan dengan Upacara Akikah (Syukuran Kelahiran Anak sesuai Syariat Islam) dikarenakan terdapat beberapa Unsur dalam Tradisi Turun Mandi yang bertentangan dengan nilai-nilai Islam seperti "Palo Nasi, atau nadi yang diletakkan di atas, dicampur dengan arang dan darah ayam" yang dipercayai untuk mengusir Makhluk Halus.
Terlepas dari itu Masyarakat Minang lebih memilih mengadakan Upacara Syukuran sekali saja sesuai Syariat Islam untuk menghemat Waktu dan Biaya.


-Bijaklah dalam berkomentar.
-Silakan Komen untuk melengkapi info penting dalam artikel GGB.